Wednesday, December 2, 2015

Tesis R & D

  1. Pengertian
Metode Penelitian dan Pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu.
Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi dimasyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut. Jadi penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal (bertahap bisa multy years). Penelitian Hibah Bersaing (didanai oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi), adalah penelitian yang menghasilkan produk, sehingga metode yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan.
Metode penelitian dan pengembangan telah banyak digunakan pada bidang-bidang Ilmu Alam dan Teknik. Hampir semua produk teknologi seperti alat-alat elektronik, kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal laut, senjata, obat-obatan, alat-alat kedokteran, bangunan gedung bertingkat, dan alat-alat rumah tangga yang moderndiproduk dan dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan. Namun demikian metode penelitian dan pengembangan bisa juga digunakan dalam bidang ilmu-ilmu social seperti psikologi, sosiologi, pendidikan, manajemen, dan lain-lain.
  1. Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan
Potensi dan Masalah
Revisi Desain
Pengumpulan Data
Desain Produk
Validasi Desain
Ujicoba Pemakaian
Revisi Produk
Ujicoba produk
Revisi Produk
Produksi Masal
1. Potensi Masalah
Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Pengangguran dan korupsi bisa dipandang sebagai masalah Nasional. Masalah ini dapat diatasi melalui R & D dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan suatu model, pola atau system penanganan terpadu yang efektif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Model, pola dan system ini akan ditemukan dan diaplikasikan secara efektif kalau dilakukan melalui penelitian dan pengembangan.
Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitianharus ditunjukan dengan data empiric. Misalnya potensi energy angin di pantai harus dikemukakan data berapa kekuatan dan kecepatan angin, berapa lama dalam suatu hari, dari mana arah angin dan lain-lain. Data angin tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk merancang kincir angina tau produk lainnya yang dapat menghasilkan energy mekanik atau listrik.
  1. Mengumpulkan Informasi
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukan secara factual dan uptode, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat dikumpulkan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentuyang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Di sini diperlukan metode penelitian tersendiri.
  1. Desain Produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitianResearch and Development bermacam-macam. Dalam bidang teknologi,orientasi produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energy, menarik, harga murah, bobot ringan, harga ekonomis, dan bermanfaat ganda. (contoh computer yang canggih bisa berfungsi sebagai pengetikan; gambar analisis, berfungsi sebagai tv, Tape, Camera, Telepon dll).
Dalam bidang pendidikan produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian R & DD diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Produk-produk pendidikan misalnya kurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku ajar, modul, kompetensi tenaga kependidikan, system evaluasi, model uji kompetensi, penataan ruang kelas untuk model pembelajar tertentu, model unit produksi, model menegemen, system pembinaan pegawai, system penggajian dan lain-lain.
Hasil akhir dari kegiatan penelitian dan pengembangan adalah berupa desain produk baru yang lengkap dengan spesifikasinya.
  1. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut, sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi. Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut, berikut keunggulannya.
  1. Perbaikan Desain
Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakardan para ahlinya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang mau menghasilkan produk tersebut.
  1. Uji Coba Produk
Dalam bidang teknik desain produk yang telah dibuattidak bisa langsung diuji coba dulu, tetapi harus dibuat terlebih dahulu menjadi barang, dan barang tersebut yang diujicoba.
Dalam bidang pendidikan, desain produk seperti metode mengajar baru dapat langsung diujicoba, setelah divalidasi dan revisi. Ujicoba tahap awal dilakukan dengan simulasi penggunaan metode mengajar tersebut. Setelah disimulasikan, maka dapat diujicobakan pada kelompok yang terbatas. Untuk itu pengujian dapat dilakukan dengan eksperimen, yaitu membandingkan efektivitas metode mengajar lama dengan yang baru. Indikatornya efektivitas metode mengajar baru adalah, kecepatan pemahaman murid pada pelajaran lebih tinggi, murid bertambah kreatif dan hasil belajar meningkat.
O2
O1
Eksperimen dapet dilakukan dengan cara membandingkan dengan keadaan sebelumnya dan sesudah memakai metode mengajar baru (before – after) atau dengan membandingkan dengan kelompok yang tetap menggunakan metode mengajar lama.Dalam hal ini ada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan demikian model eksperimen pertama dan kedua dapat digambarkan
x
Gambar 16.2a . desain eksperimen (Before- after ). O1 nilai sebelum treatment dan O2 sesudah treatment
Berdasarkan gambar 16.2a tersebut dapatdiberikan penjelasansebagai berikut. Eksperimendilakukan dengan membangkitkan hasil observasi O1 dan O2.  O1 adalah nilai kecepatan pemahaman, kreativitas dan hasil belajar sebelum diajar dengan metode mengajar baru, sedangkan O2 adalah niai kecepatan pemahaman, kreativitas dan hasil elajar murid setelah diajar dengan metode mengajar baru, Efektivitas metode mengajar baru diukur dengan cara membandingkan antara nilai O2 dengan O1. Bila nilai O2 lebih besar dari pada O1 , maka metode mengajar tersebut efektif.
Model eksperimen yang ke dua ditunjukan pada gambar 16.2a sebagai berikut.
O2
O1
R                                      X
O3
O4
R
Gambar 16.2b Desain eksperimen dengan kelompok kontrol. (pretest-postes control group desain )
Berdasarkan gambar 16.2b tersebut dapat diberikan penjelasan sebagai berikut. Sebelum metode mengajarbaru dicobakan, maka dipilih kelompok atau kelas tertentu yang akan diajar dengan metode
Mengajar baru tersebut. Bila kelompok dalam satu kelas tersebut jumlah muridnya banyak , maka eksperimen dilakukan pada sampleyang dipilih secara random. Kelompok pertama yang akan diajar dengan metodemengajar baru disebut kelompok eksperimen, sedangkan kelompok yang tetap menggunakan metode mengajar lama disebut kelompok kontrol, R berarti pengambilan kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan secara random.
Kedua kelompok tersebut selanjutnya diberi pretest atau melalui pengamatan untuk mengetahui posisi awal (kecepatan pemahaman , kreativitas dan hasil belajar ) ke dua kelompok tersebut. Bila ke dua kelompok tersebut posisinya sama atau tidak berbeda secara signifikan , maka kelompok tersebut sudah sesuai dengan kelompok yang akan digunakan untuk eksperimen.  Bila posisi eksperimen ke dua kelompok tersebut berbeda secara signifikan, maka pengambilan kelompok perlu diulang sampai diperoleh posisi kemampuan awalnya tidak berbeda secara signifikan.
Jadi O1 adalah nilai awal kelompok eksperimen, dan O3 adalah nilai awal kelompok kontrol. Setelah posisi ke dua kelompok tersebut seimbang (O1 tidk berbeda dengan O3 ), maka kelompok eksperimen diberi treatment / perlakuan untuk diajar dengan metode mengajar baru, dan kelompok kontrol diajar dengan metode mengajar yang lama. Eksperimen ilakukan beberapa bulan sampai posisi kelompok eksperimen terbiyasa diajar menggunakan metode mengajar baru tersebut. Setelah itu maka kecepatan pemahaman murid terhadap pelajaran , perubahan kreativitas dan hasil pada kedua kelompok tersebut diukur.
Kecepatanpemahaman murid, pada pelajaran , perubahan kreatifitas murid, dan hasil beljar kerja, diukur dengan instrumen sehingga diperoleh data kuantitatif. Dalam pengujian ini. O2 berarti prestasi kelompok eksperimen setelah diajardengan metode mengajar baru, dan O4 adalah prestasi kelompok kontrol yang diajar dengan menggunakan metode kerja lama. Bila nilai O2 secara signifikan lebih tinggi dari O4, maka metode mengajar baru tersebut lebih efisien dan bila dibandingkan dengan metode mengajar yang lama.
Pengujian signifikan efektivitas metode mengajar baru, bila data berbentuk interval dan dilakukan pada dua kelompok maka dapat menggunakan t-test berpasangan (related), sedangkan bila dilakukan pada lebih dari dua kelompok dapat menggunakan analisis Varians (anavar).
Berikut ini diberikan contoh pengujian signifikansi efektivitas dan efisien metode mengaja baru melalui eksperimen model (before-after). Dalam eksperimen digunakan 10 orang murid yang diambil secara random (penelitian yang sebenarnya tidak hanya 10 murid ). Selanjutnya 10 orang murid tersebut diminta untuk menilai kecepatan pemahaman terhadap pelajaran, kreativitas , dan hasil belajar sebelum diajar dengan menggunakan metode baru dan sesudah menggunakan metode baru. Data sebelum diajar dengan menggunakan metode mengjr baru ditunjukan pada tabel 16.2 dn sesudah menggunakan metode mengajar baru ditunjukkan pada tebel 16.3.instrumen penelitian untuk menguji metode mengajar baru ditunjukan pata tabel 16.6 berikut (hanya dengan 3 indikator). Instrumen tersebut selanjutnya diberikan kepada 10 murid yang telah diajar menggunakan metode lama dan baru.
Berdasarkan instrument tersebut, mohon diberikn nilai efektifitas metode mengajar lama dan baru berdasarkan kecepatan pemhaman terhadp pelajaran ; perubahan kreativitas , dan hasil belajar. Rentang skor setiap indikator adalah sebagai berikut : kecepatan pemahaman : sangat cepat (4) cepat (3) , agak cepat (2), lambat (1). Kreativitas sangat tinggi (4) tinggi (3) agak tinggi (2), rendah (1). Hasil belajar sangat tinggi (4) tinggi (3) agak tinggi (2) rendah (1)
TABEL 16.1
INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR EFEKTIVITAS METODE MENGAJAR BARU
Metode Mengajar LamaAspek Aspek Kinerja Terhadap SistemMetode mengajar baru
1234Kecepatan pemahaman thd pelajaran1234
1234Kreativitas1234
1234Hasil belajar1234
Data penilaian dari 10 responden / murid terhadap efektivitas metode mengajar lama ditunjukan pada tebel 16.2 dan metode baru ditunjukan pada tabel 16.3 berikut. Untuk menghitung rata rata efektivitas metode lama dan baru pertama tama harus ditentukan skor kriterium/ idel untuk sisitem kerja tersebut. Skor idel = 4 x 3 x 10 = 120. (4= skor jawaban tertinggi, 3 = tiga butir instrumen; 10 = jumlah responden ). Selanjutnya skor idel untuk sptiap butir instrumen = 4×10=40 (4 skor tertinggi ; 10 jumlah responden.
Berdasarkan tabel 16.2 diperoleh jumlh data = 44. Dengan demikian efektifitasmetode mengajar lamasecara kelseluruhan = 44 : 120 =  0,36 / 36% dari kriteria yang diharapkan. Bila dilihat efektivitas metode mengajar berdsarkan kecepatan pemahaman terhadap pelajaran = 15 : 40 = 0,375 atau 37,5% dari kriteria yang diharapkan. Selanjutnya bila dilihat dari aspek kratifitas = 18 :40 = 0,45 atau 45 % dari kriteria yang diharapkan bila dilihat dari aspek hasil belajar = 11 : 40 = 0,275 atau 27,5 % dari kriteria yang diharapkan . jadi efektivitas metode mengajar lama terendah pada aspek hasil belajar murid , baru mencapai 27,5 % dari yang diharapkan
Selanjutnya untuk menghitung efektivitas metode mengajar baru cara menghitung seperti menghitung efektivitas metode mengajar yang lama. Skor ideal untuk seluruh sistem = 4 x3 x 10 = 120. Skor ideal stiap butir = 4 x10 =40 .
TABEL 16.2
KINERJA SISTEM KERJA LAMA
No respondenSkor untuk butir no :
Jumlah
A
b
C
1.
1
2
1
4
2.
2
2
1
5
3.
1
2
1
4
4.
2
2
2
6
5.
1
1
1
3
6.
1
2
1
4
7.
2
1
1
4
8.
2
2
1
5
9.
1
2
1
4
10.
2
2
1
5
Jumlah
15
18
11
44
Keterangan :
a = kecepatan pemahaman terhadap pelajaran
b= kratifitas
c= hasil belajar
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka efektivitas metode mengajar baru secara keseluruhan = 97 : 120 = 0,808 atau 80,8 % dari kriteria yang diharapkan. Dari perhitungan sudah terlihat adanya perbedaan efektivitas atau antara metode mengajar lama dengan baru, dimana efektivitas metode mengajar lama = 36% dari yang diharapkan , dan metode mengajar baru = 80 ,8 % dari yang diharapkan. Selanjutnya bila dilihat pada aspek kecepatan pemahaman murid terhadap pelajaran = 37 : 40 = 0, 925 atau 92,5% dari yang diharapkan. Kreativitas murid = 24 : 40 = 0,60 atau 60% dari yang diharapkan. Hasil belajar = 36 : 40 = 0,90 atau 90% dari yang diharapkan. Untuk efektifitas metode mengajar baru yang terendah adalah pada aspek kreatifitas murid,yaitu baru mencapai 60 % dari yang diharapkan.
TABEL 16.3
KINERJA SISTEM KERJA LAMA
No respondenSkor untuk butir no :
Jumlah
a
b
C
1.
3
3
4
10
2.
4
3
3
10
3.
3
3
3
9
4.
4
2
2
10
5.
3
2
4
9
6.
4
2
4
10
7.
4
2
4
10
8.
4
3
3
10
9.
4
2
3
9
10.
4
2
4
10
Jumlah
37
24
36
97
Perbandingan kinerja sistem lama dan baru ditunjukan pada tabel 16.4 berikut.
TABEL 16.4
PERBANDINGAN SISTEM KERJA LAMA DAN BARU
Metode mengajar lama
Aspek-aspek kinerja sistem
Metode megajar baru
37,5%
Kecepatan pemahaman murid trd pelajaran
92,5%
45,0%
Kreatifitas murid
60,0%
27,5%
Hasil belajar
90,0%
36,0%
Rata rata
80,8%
Berdasarkan tabel 16.4 tersebut terlihat bahwa efektivitas metode mengajar baru dari sitem lama. Rata-rata efekitvitas metode mengajar sistem lama = 36,0% dan metode mengajar baru 80,8% kecepatan pemahaman murid terhadap pelajaran dengan metode lama = 37,5 % dan metode baru 92,5% kreatifitas murid yang diajar dengan metode lama45% dan metode baru 60%. Hasil belajar murid yang diajar dengan metode mengajar lama27,5% dan metode baru 90%. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa metode baru dapat meningkatkan kecepatan pemahaman murid terhadap pelajaran dari 37,5% menjadi 92,5%; kreatifitas murid dari45% menjadi 60% dan hasil belajar murid dari 27,5% dari 90%. Kesimpulannya metoe mengajar baru lebih efektif dari metode mengajar lama.
Untuk membuktikan signifikansi sistem kerja lama dan sistem baru tesebut, perlu diuji secara t-test berkorelasi (related). Rumus yang digunakan ditunjukan pada rumus 16.1.
       t=                   X1 – X2
s²1 + s²2 _ 2r       s1               s2
           n1    n2             n1                n2
Dimana :
X1 :  rata rata sempel 1 (sistem kerja lama)
X2 : rata rata sample 2 (sisitem kerja baru)
S1 : simpangan baku semple 1 (sisitem kerja lama)
S2 : simpangan baku sample 2 (sistem kerja baru)
S₁2 : fariasi sample 1
S₂2 : farian sample 2
r  : korelasi antara data dua kelompok
Untuk dapat menggunakan rumus tersebut, maka perlu dicari terlebih dulu korelasi nilai efektfitas metode mengajar lama dan baru, rata rata , simpangan baku dan farians. Yang dikorelasikan adalah nilai total (nilai kolom paling kanan tabel 16.2 dan 16.3).nilai efektifitas metode mengajar lama dan baru ditunjukan pada tabel 16.5 berikut. Perhitungan menggunakan SPSS sehingga dapat ditemukan harga harga yang diperlukan untuk menghitung t.
TABEL 16.5
NILAI NILAI KINERJA SISTEM YANG DIKORELASIKAN
No
X1
X2
1.
4
10
2.
5
10
3.
4
9
4.
6
10
5.
3
9
6.
4
10
7.
4
10
8.
5
10
9.
4
9
10.
5
10
Æ©X
44
97
X
4,4
9,7
S
0,84
0,48
S2
0,711
0,23
r
0,6
0,6
Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut
Ho : efektifitas metode kerja baru lebih kecil atau sma dengan sisitem kerja lama
Ha : efektivitas metode mengajar baru lebih baik dari metode kerja lama
Ho :µ₁ ≤ µ₂
Ha : µ₁ > µ₂
Pengujian dengan menggunakan t-test berkorelasi uji pihak kanan. Menggunakan uji pihak kanan karena, hipotesis alternatif (Ha) berbunyi “lebih baik”.
t=                   X1 – X2
s²1 + s²2 _ 2r        s1              s2
        n1    n2                n1               n2
t=                    4,4 -9,9                                               = 24,832
0,71 0,23  _ 2,06     0,84        0,48
10       10                    10             10
Untuk membuat keputusan, apakah perbedaan itu signifikan atau tidak , maka harga terhitung tersebut perlu dibandingkan dengan harga t-tabel dengan dk n-2 = 8. Berdasarkan lampiran tabel Iidalam nilai nilai dalam distribusi t, bila dk 8 , untuk iji satu pihak dengan taraf kesalahan 5% , maka harga t tabel = 1,86. Bila harga t hitung jauh pada daerah penerimaan Ha, maka Ha yang menyatakan bahwa sistem kerja baru lebih baik dari sisitem kerja lama diterima. Berdasarkan perhitungan ternyata t hitung -24, 832 jatuh pada penerimaan Ha / penolakan Ho. (lihat gambar 16.3) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (dapat digeneralisasikan) efektifitas metode mengajar kerja baru dan lama, dimana metode mengajar baru lebih efektif dari metode yang lama, baik pada aspek kecepatan pemahaman murid terhadap pelajaran, kreatifitas, dan hasil belajar siswa.
daerah penerimaan Ha                                            daerah penerimaan Ho
-24,83           1,86
Dengan terujinya produk yang berupa metode mengajar tersebut , maka langkah pengujian produk untuk tahap terbatas ini dinyatakan selesai, langkah selanjutnya adalah refisi produk.
  1. Revisi Produk
Pengujian efektifitas metode mengajar harus pada sample yang terbatas tersebut menunjukan bahwa metode mengajar baru ternyata lebih efektif dari metode yang lama. Perbedaan sangat signifikan, sehingga metode mengajar baru tersebut dapat diberlakukan pada kelas yang lebih luas di mana sample tersebut diambil. Namun dari hasil pengujian terlihat bahwa kreativitas murid baru mendapatkan nilai 60 % dari yang diharapkan. Untuk itu desain mengajar perlu direvisi agar kreativitas murid dalam belajar dapat meningkat pada gradasi yang tinggi. Setelah direvisi , maka perlu diuji coba lagi kelas yang lebih luas. Cara pengujian seperti contoh di atas. Setelah metode mengajar dibarui diterapkan selama setengah tahun atau satu tahun maka perlu dicek kembali, mungkin ada kelemahanya, kalau ada perlu segera diperbaiki lagi. Setelah diperbaiki makaa dapat doproduksi masal, atau digunakan pada lembaga pendidikan yang lebih luas.
Pengujian metode mengajar dengan pengumpulan data melalui kuesioner ini dipandang kurag akurat, maka dalam kenyataan pengujian kecepatan pemahaman terhadap pelajaran diukur dengan waktu yang sesungguhnya (satuan menit ) dan hasil belajar tidak diukur dengan menggunakan kuesioner, tetapi memalui test dengan instrumen yang valid dan reliabel.
Bila mengujian produk dalam hal ini metode mengajar baru baaru menggunakan desain pretest posttesgroup desaign   ( ada kelompok eksperimen dan kontrol), maka untuk mencari efektivitas dan sefisiens sistem kerja baru, dilakukan dengan cara menguji signifikasi  antara kelompok yang diajar dengan metode mengajar baru dengan kelompok yang tetap diajar dengan menggunakan metode lama. Dalam hal ini adalah menguji signifikansi O2 dan O4 pada gambar 16.1b di atas.
  1. Ujicoba Pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk berhasil , dan mungkin ada refisi yang tidak terlalu penting , maka selanjutnya produk yang berupa metode mengajar baru tersebut diterapkan dalam lingkup lembaga pendidikan yang luas. Dalam operasinya , metode baru tersebut , tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut
  1. Revisi Produk
Revisi produk ini dilakukan , apabila dalam pemakainan dalam lembaga pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji pemakaian , sebaiknya pembuat produk selalu mengefaluasi bagaimana kinerja produk dalam hal ini adalah metode mengajar.perusahaan kendaraan bermotor, pesawat terbang dan teknologi yang lain selalu mengefaluasi kinerja produknya dilapangan, untuk mengetahui kelemahan kelemahan yang ada , sehingga dapat digunakan untuk menyempurnkan dan pembuatan produk baru lagi.
  1. Pembuatan Produk Masal
Bila produk yang berupa metode mengajar baru tsebut telah dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian, maka metode mengajar baru terus dapat diterapkan pada setiap lembaga pendidikan.
Pada produk teknologi telah dapat dibuat produk masal. Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal. Sebagai contoh pembuatan mesin untuk mengubah sampah menjadi barang yang bermanfaat, akan diproduksi masal apabila berdasarkan studi kelayakan baik dari aspek teknologi, ekonomi dan lingkungan memenuhi. Untuk dapat memproduksi masal, maka peneliti perlu bekerja sama dengan perusahaan.
  1. Laporan Penelitian R & D
Laporan yang dibuat harus selalu dilampiri dengan produk yang dihasilkan berikut spesifikasi dan penjelasannya. Lampiran berupa produk yang dihasilkan tersebut, dibuat dalam buku tersendiri, dan diberikan penjelasan tentang kehebatan produk tersebut berdasarkan bhasil ujicoba, serta cara menggunaan produk tersebut.
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I             PENDAHULUAN
  1. Latar belakang
  2. Rumusan masalah
  3. Tujuan
  4. Manfaat
BAB II            LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
  1. Deskripsi Teori
  2. Kerangka berfikir
  3. Hipotesis ( produk yang akan dihasilkan)
BAB III          PROSEDUR PENELITIAN
  1. Langkah-langkah penelitian
  2. Metode Penelitian Tahap I
    1. Populasi sampel sumber data
    2. Teknik pengumpulan data
    3. Instrumen penelitian
    4. Analisis data
    5. Perencanaan desain produk
    6. Validasi desain
    7. Metode penelitian tahap II
      1. Model rancangan eksperimen untuk menguji
      2. Populasi dan sampel
      3. Teknik pengumpulan data
      4. Instrumen penelitian
      5. Trknik analisis data
BAB IV          HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
  1. Desain Awal Produk ( gambar dan penjelasan)
  2. Hasil pengujian pertama
  3. Revisi produk ( Gambar setelah direvisi dan
  4. Hasil pengujian tahap ke II
  5. Revisi produk ( Gambar setelah direvisi dan
  6. Pengujian tahap ke III ( bila perlu)
  7. Penyempurnaan produk ( gambar terakhir dan
  8. Pembahasan produk
BAB V            KESIMPULAN DAN SARAN PENGGUNAANYA
  1. Kesimpulan
  2. Saran Penggunaan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN INSTRUMEN
LAMPIRAN DATA
LAMPIRAN PRODUK YANG DIHASILKAN BERIKUT BUKU PENJELASANNYA
D.Contoh judul penelitian dan pengembangan
Berikut diberikan beberapa contoh judul penelitian yang menggunakann R&D. Judul harus mencerminkan produk yang akan dihasilkan.
  1. Pengembangan pola pembelajaran teknologi bagi anak-anak cacat
  2. Model penanganan sampah diperkotaan
  3. Pengembangan sistem lalu lintas di perkotaan
  4. Pengembangan sistem pembelajaran matematika yang menyenangkan peserta didik
  5. Pola pengembangan pembelajaran Fisika berbasis lingkungan tempat tinggal
  6. Pendayagunaan gelombang laut untuk pembangkit listrik
  7. Pengembangan Sistem Informasi Bencana Alam
  8. Model penanganan remaja korban narkoba dengan mengintensifkan peranan orang tua
  9. Pengembangan model pembelajaran berbasis kurikulum muatan lokal untuk pembelajaran Fisika
  10. Model pengembangan karir kedua bagi para lanjut usia
  11. Pengembangan alat kendali lampu dan alat rumah tangga jarak jauh melalui handpone
  12. Membuat minyak batubara sebagai pengganti minyak bumi yang ramah lingkungan
  13. Model pengembangan sistem agrobisnis dan agroindustri perkebunan Rakyat berdasarkan Perwilayahan komditas ( pertanian)
  14. Model pengembangan agribisnis dan agroindustri perkebunan rakyat dengan pendekatan pewilayahan komoditas
  15. Prototipe kincir angin penggerak generator untuk keperluan pekerjaan las
E.Contoh laporan penelitian dan pengembangan ( R&D)
Berikut ini diberikan contoh ringkasan penelitian disertasi oleh Samsudi (2006) yang menggunakan metode R&D ( metode penelitian dan pengembangan).
  1. 1.      Judul penelitian
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PROGRAM PRODUKTIF SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
( Studi model preskriptif dengan penerapan Learning Guide pada Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif )
  1. 2.      Rumusan masalah :
Model pembelajaran produktif seperti apakah yang sesuai diterapkan pada SMK keahlian Teknik Mekanik Otomotif bidang keahlian Teknik Mesin?
  1. 3.      Pertanyaan penelitian
    1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran produktif saat ini oleh guru program keahlian Teknik Mekanik Otomotif SMK?
    2. Desain model pembelajaran produktif hasil pengembangan seperti apakah yang sesuai dilaksanakan oleh guru program keahlian Teknik Mekanik Otomotif SMK?
    3. Bagaimanakah tingkat keteterapan desain model pembelajaran yang dihasilkan, yang dilihat dari aspek: peningkatan prestasi siswa; dukungan terhadap pelaksanaan guru; subtansi isi dan fleksibilitas struktur desain model; keselarasan dengan dukungan alat dan bahan; potensi dukungan stakeholder.
    4. Bagaimanakah dampak penerapan model pembelajaran program produktif yang dihasilkan terhadap aspek: peningkatan prestasi siswa; dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru, khususnya dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar.
    5. 4.      Metode hipotetik
Berdasarkan kajian teori pembelajaran preskitif dan pengamatan di lapangan, diajukan hipotesis berupa model pembelajaran preskriptif dengan learning guide seperti ditunjukkan pada gambar 16.4 berikut.
  1. 5.      Prosedur penelitian
    1. a.      Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan ( research and development/ R&D)
  1. b.      Tahap penelitian
1). Tahap studi pendahuluan dilakukan dengan menerapkan pendekatan deskriptif kualitatif.
2). Kedua, tahap pengembangan desain model dengan menerapkan pendekatan deskriptif, dilanjutkan dengan penerapan ujicoba terbatas desain model dengan menerapkan  metode eksperimen ( single one shot Case Study ). Setelah ada perbaikan dari uji terbatas, maka dilanjutkan dengan uji yang lebih luas dengan metode ekperimen ( one group peitest-postest ).
3). Tahap ketiga adalah tahap validasi model dengan metode eksperimen quasi (pretest-postest with control group design ).
Komponen model
Rencana test kompetensi
Model Pembelajaran Program Produktif SMK (Model Preskriptif dengan Learning Guide)
implementasi
evaluasi
Isi Model
RENCANA ISI
  1. Tujuan
  2. Materi
  3. Metode
  4. Alat
  5. Evaluasi
IMPLEMENTASI
1.Prinsip Preskriptif
a.Sesuai kompetensi
b.Tugas bertahap
c.Fokus Individu
d. pembelajaran Tuntas
2.Learning Guide
a. modul pembelajaran
b. learning Guide
c. Job Sheet
d. Learning Step
e. Self Check
EVALUASI
  1. Formatif & sumatif
  2. Pendekatan PAP
  3. Intergrasi test tertulis dan kinerja
Prestasi Diklat Produktif Siswa
Sasaran
Gambar 16.4 model hipotetik Pembelajaran Preskriptif pada SMK dengan penerapan Learning Guide




  1. 1.      TAHAP STUDY PENDAHULUAN
    Study literatur
    Study Lapangan tentang bentuk Pembelajaran Program produktif yang terjadi
    Deskripsi dan analisis Temuan  (Model Faktual)
    2.  TAHAP STUDY PENGEMBANGAN
    Temuan draft Desain Model Pemb. Preskriptif
    Penyusunan Perangkat Model Pemb.Preskriptif
    Uji coba terbatas
    Uji coba lebih luas
    Evaluasi dan perbaikan
    Evaluasi dan penyempurnaan
    Model hipotetik
    3.  TAHAP EVALUASI
    Model Final
    1.      Test awal
    2.      Implementasi Model
    3.      Test akhir

  2. 1.      TAHAP STUDY PENDAHULUAN





Gambar 16.5 Tahap Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Program Produktif SMK.
  1. 6.      Hasil penelitian     
    1. a.      Penyelenggaraan Pembelajaran Produktif Saat Ini
Pembelajaran program produktif (penyusunan rencana, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran) yang terjadi selama ini tidak sejalan dengan model dan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Pemberian tugas-tugas pembelajaran siswa belum mengoptimalkan modul dan intructional seheet,serta belum mengembangkan panduan spesifik sesuai pembelajaran kompetensi.
Penyelenggaraan pembelajaran belum banyak didukung oleh institusi pasangan dalam menyelenggarakan diklat produktif, baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
  1. b.      Pengujian Model
Pengujian untuk mengembangkan model dilakukan melalui dua tahap yaitu:
1)      Pengujian terbatas
Pengujian terbatas dilakukan pada satu SMK dengan tiga kali pengujian,yaitu ujicoba 1, ujicoba 2 dan ujicoba 3. Metode eksperimen model Single one shot Case Study. Model eksperimen ini digambarkan seperti gambar 16.6 berikut. Selanjutnya hasil pengujian ditunjukan pada tabel 16.6
X 0
X         : Treatment berupa penerapan model
0          : Observasi/hasil dari penerapan model
Gambar 16.6 Metode eksperimen dengan desain Single one shot Case Study.
TABEL 16.6
DATA HASIL UJI COBA TERBATAS
KegiatanNRata-rataStandar DeviasiNilai t hitungdft-tabel
Ujicoba 1
Ujicoba 236
3668,67
71,282,00
1,8010,45702,00Ujicoba 2
Ujicoba 336
3671,28
76,191,80
2,799,34702,00Ujicoba 1
Ujicoba 336
3668,67
76,192,00
2,7914,14702,00
Berdasarkan tabel 16.6 tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata ujicoba 2 lebih besar dan serbeda secara signifikan dengan nilai ujicoba 1( 71,28> 68,67 dan t hitung 10,45 > t tabel 2,00), nilai rata-rata ujicoba 3 lebih besar dan berbeda secara signifikan dengan nilai ujicoba 2 ( 76,19 > 71,18 ) dan nilai ujicoba 3 lebih besar dari ujicoba 1 (79,19 > 68,67). Kesimpulannya adalah bawa model yang dihipotesiskan terbukti efektif berdasarkan pada pengujian terbatas.
Dalam ujicoba terbatas  (1 SMK ) penerapan desain model memperoleh hasil:
  1. Subtansi isi dan fleksibilitas struktur desain model, termasuk dalam kategori tinggi.
  2. Penerapan desain model memberikan kemudahan guru dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran.
  3. Meningkatkan prestasi siswa secara signifikan.
2)      Pengujian yang lebih luas
O X O
O X O
O X O
Pengujian model yang lebih luas dilakukan pada tugas SMK yaitu SMK A, SMK B. SMK C, dengan desainone group pretest-postest yang dapat digambarkan seperti gambar 16.7 berikut.
SMK A  O  : Pretes
SMK B  O  : Postest
SMK C  O  : Treatment berupa penerapan model
Gambar 16.7 Ujicoba dengan one group pretest-postest
Setiap SMK dilakukan pengujian selama tiga kali , yaitu ujicoba 4, ujicoba 5, dan ujicoba 6.
a)      Pengujian di SMK A
Data hasil pengujian model pada SMK A dengan jumlah siswa 36, ditunjukan pada tabel 16.7 berikut. Berdasarkan tabel 17.7 terlihat bahwa pengujian dilakukan tiga kali, yaitu ujicoba 4, 5 dan 6. Model dapat dinyatakan efektif apabila nilai ujicoba ke 5 lebih besar dari ujicoba 4, dan pengujian 6 lebih besar dari nilai ujicoba 5. Hasil pretest untuk tiga kelompok sama, sehingga yang diuji signifikasiinya hanya hasil postest.
TABEL 16.7
DATA HASIL UJICOBA YANG LEBIH LUAS PADA SMK A
KegiatanNRata-rataStandar DeviasiNilai t hitungdft- tabel
Ujicoba 4
Ujicoba 536
3671,17
73,381,95
2,136,39702,00Ujicoba 5
Ujicoba 636
3673,28
76,612,13
2,068,45702,00Ujicoba 4
Ujicoba 636
3671,17
76,611,95
2,0613,12702,00

Berdasarkan tabel 16.7 tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata ujicoba 5 ( 73,18 ) lebih besar dari nilai rata-rata ujicoba 4 ( 71,17); dalam pengujian signifikasi diperoleh harga t hitung ( 6,39 ) lebih besar dari harga  t tabel (2,00). Dengan demikian pebedaan tersebut dinyatakan signifikan. Rata-rata ujicoba 6 (76,61) lebih besar daripada nilai ujicoba 5 ( 73,28), dan harga t hitung 8,45 lebih besar dari harga t tabel 2,00 . Rata-rata ujicoba 6 (76,61)juga lebih besar dari rata-rata ujicoba 4(71,17) dan harga t hitung (13,12) lebih besar daripada t tabel 2,00. Jadi perbedaannya signifikan. Kesimpulannya model efektif pada SMK A, karena setiap diuji coba menghasilkan nilai yang cenderung lebih tinggi.
b)     Pengujian di SMK B
Data hasil pengujian model pada SMK B dengan jumlah siswa 38, ditunjukan pada tabel 16.8 berikut. Berdasarkan tabel 16.8 terlihat bahwa pengujian dilakukan tiga kali, yaitu ujicoba 4, 5 dan 6. Model dapat dinyatakan efekti apabila nilai ujicoba ke 5 lebih besar dari ujicoba 4, dan pengujian 6 lebih besar dari nilai ujicoba 5. Hasil pretest untuk tuga kelompok sama, sehingga yang diuji signifikasinya hanya hasil postest.
TABEL 16.8
DATA HASIL UJICOBA YANG LEBIH LUAS PADA SMK B
KegiatanNRata-rataStandar deviasiNilai t hitungDft-tabel
Ujicoba 4
Ujicoba 538
3867,55
70,392,74
2,107,40742,00Ujicoba 5
Ujicoba 638
38 70,30
73,052,10
2,279,56742,00Ujicoba 4
Ujicoba 638
38 67,55
73,052,74
2,2712,42742,00

Berdasarkan tabel 16.8 tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata ujicoba 5(70,39) lebih besar nilai rata-rata ujicoba 4 (67,55); Dalam pengujian signifikansi diperoleh harta t hitung (7,40) lebih besar dari harga t tabel (2,00). Dengan demikian perbedaan tersebut dinyatakan signifikan. Rata-rata ujicoba 6 (73,05) lebih besar daripada nilai ujicoba 5 (70,30), dan harga t hitung 8,45 lebih besar dari harga t tabel 2,00. Rata-rata ujicoba 6 (73,05)juga lebih besar dari rata-rata ujicoba 4 (67,55)dan harga t hitung (12,42 lebih besar daripada t tabel 2,00. Jadi perbedaannya signifikan. Kesimpulannya model efektif pada SMK B, karena setiap diuji coba menghasilkan nilai yang cenderung lebih tinggi.
c)      Pengujian di SMK C
Data hasil pengujian model pada SMK B dengan jumlah siswa 36, ditunjukan pada tabel 16.9 berikut. Berdasarkan tabel 16.9 terlihat bahwa pengujian dilakukan tiga kali, yaitu ujicoba 4, 5 dan 6. Model dapat dinyatakan efektif apabila nilai ujicoba ke 5 lebih besar dari ujicoba 4, dan pengujian 6 lebih besar dari nilai ujicoba 5. Hasil pretest untuk tiga kelompok sama, sehingga yang diuji signifikansinya hanya hasil postest. Jumlah sampel = 38
TABEL 16.9
DATA HASIL UJICOBA YANG LEBIH LUAS PADA SMK C
KegiatanNRata-rataStandar deviasiNilai t hitungdft-tabel
Ujicoba 4
Ujicoba 538
3863,09
67,912,32
2,4811,41682,00Ujicoba 5
Ujicoba 638
3867,91
70,542,48
2,119,88682,00Ujicoba 4
Ujicoba 638
3863,09
70,542,32
2,1115,08682,00

Berdasarkan tabel 16.9 tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata ujicoba 5 (67,91) lebih besar dari nilai rata-rata ujicoba 4(63,09); Dalam pengujian signifikansi diperoleh harta t hitung dinyatakan signifikan. Rata-rata ujicoba 6 (70,45) lebih besardaripada nilai ujicoba 5(67,91), dan harga t hitung 9,88 lebih besar dari harga t tabel 2,00.rata-rata ujicoba 6 (70,54) juga lebih besar dari rata-rata ujicoba 4(63,09) dan harga t hitung (15,08) lebih besar daripada t tabel 2,00. Jadi perbedaanya signifikan. Kesimpulannya model efektif pada SMK C, karena setiap diuji coba menghasilkan nilai yang cenderung lebih tinggi.
Berdasarkan ujicoba yang lebih luas pada tiga SMK tersebut, terlihat bahwa  model pembelajaran preskriptif dengan learning guide dapat meningkatkan prestasi siswa bila dibandingkan dengan model lain yang telah ada.
Selain itu dalam uji coba yang lebih luas (3 SMK), penerapan desain pembelajaran preskriptif dengan learning guide memperoleh hasil:
  1. Subtansi isi dan fleksibilitas struktur desain model berkategori tinggi
  2. Mempermudah pelaksanaan tugas guru dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
  3. Meningkatkan prestasi siswa secara signifikan. Data ditunjukan pada tabel 16.7 dan tabel 16.8 dan 16.9
  4. Dalam skala sekolah tertentu, penerapan desain model memperoleh dukungan alat/bahan serta dukungan dari institusi pasangan yang tinggi.
  1. c.       Tingkat Keterteraan Model
Data tentang tingkat keterterapan model ditunjukan pada tabel 16.10 berikut. Model diujicoban pada SMK A,SMK B, dan SMK C, yang masing-masing terakreditasi dengan sangat baik, baik, dan sedang.
Berdasarkan tabel 16.10 berikut terlihat bahwa model pembelajaran preskriptif dengan penerapanlearning guide, memiliki tingkat keterterapan yang tinggi terutama bagi SMK terakreditasi sangat baik dan baik(SMK A dan SMK B). Sedangkan SMK yang terakreditasi C(SMK C), faktor yang kurang mendukung dalam penerapan model terutama yang berkaitan dengan alat dan bahan pembelajaran produktif yang tersedia, serta dukungan instistusi pasangan dalam penyelenggaraan pembelajaran. Dengan demikian bagi SMK yang terakreditasi sedang perlu mengupayakan alat/fasilitas dan bahan untuk memenuhi kebutuhan minimal dalam penyelenggaraan pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide.
TABEL 16.10
DATA HASIL OBSERVASI TENTANG
TINGKAT KETERAPAN MODEL
AspekTingkat keterterapanSMK A(%)SMK B (%)SMK C (%)Sumber data
Subtansi isi dan fleksibilitas desainTinggi81,8486,8485,12Guru/ insruktur
Sedang13,6313,0514,88
Rendah4,54--
Dukungan thd pelaksanaan tugas guruTinggi88,5482,6383,72Guru/ insruktur
Sedang6,5815,576,98
Rendah4,881,899,30
Peningkatan prestasi siswa-SignifikanSignifikanSignifikanTest obyektif dan tindakan
Potensi ketersediaan alat dan bahanTinggi88,4582,4419Guru dan hasil observasi
Sedang11,5517,5678,84
Rendah--2,16
Potensi dukungan stake holderTinggi89,1678,1219,76Guru dan obsevasi
Sedang10,8421,8880,24
Rendah

  1. d.      Validasi Model
Validasi model meliputi dua hal yaitu dampak penerapan model terhadap tugas guru dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar, dan dampak penerapan model terhadap prestasi belajar siswa.
1). Dukungan terhadap tugas guru
Berdasarkan angket yang diberikan kepada 14 guru tentang dampak penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, diperoleh data seperti ditunjukan pada tabel 16.10. berdasarkan tabel 16.11 tersebut terlihat bahwa dengan diterapkan model pembelajaran tersebut maka 79,92% guru menyatakan bahwa dalam menyusun rencana pembelajaran lebih mudah, 72%  menyatakan dalam melaksanakan pembelajaran lebih mudah, dan 94,54% guru menyatakan dalam hal evaluasi pembelajaran lebih mudah.
TABEL 16.11
DAMPAK PENERAPAN LEARNING GUIDE TERHADAP
PELAKSANAAN GURU
Aspek TugasDeskripsi Hasil Penerapan Model
Lebih mudahAda kesamaanLebih sulit
Menyusun rencana pembelajaran76,92 pada seluruh komponen
23,08 % pada modul diklat76,40% tidak
15,07% pada penyusunan test
8,53% pada penyusunan jobsheet dan modul15% pada penyusunan testMelaksanakan pembelajaran72% pada pengelolaan kelas, layanan/bimbingan diklat,dan pelaksanaan test
24% layanan dan bimbingan siswa
4% pada pelaksanaan test80% tidak
16% pelaksanaan test
4% pada pelayanan bimbingan5,66% pada pelaksanaan test
3,77% pada pembimbingan siswaMelaksanakan evaluasi hasil belajar94,54% pada penyusunan, pelaksanaan test, dan remidial
5,46% pada penyusunan test78,80% tidak
8,14% pelaksanaan remidial
13,06% pelaksanaan test3,71 % pada penyusunan test
2). Peningkatan Prestasi Siswa
Pengujian dampak penggunaan model peskriptif dengan learning guide, menggunakan metode ekperimen quasi ( Quasi experimental design), model Nonequivalent Control Group yang dapat digambarkan seperti gambar 16.8 berikut. Dalam quasi experiment ini terdapat kelompok exsperimen dan kontrol, tetapi pengambilan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tersebut tidak dilakukansecara random. Pengaruh treatment (model pembelajaran signifikan.
O 1    X       O 2
O 3             O 4
O & O             : Pretes
O & O             : Postest
X         : treatment berupa penerapan model
Gambar 16.8 ujicoba dengan one group pretest-postest
Data hasil validasi ditunjukan pada tabel 16.12 berikut. Dari tabel terlihat bahwa, uji validasi dilakukan tiga kali dengan jumlah sampel masing-masing 105 pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Berdasrkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen 1= 72,73 dan kelompok kontrol 1= 66,01, sehingga nilai kelompok eksperimen lebih tinggi dari nilai kelompok kontrol. Harga t hitung = 16,55 dan t tabel =1,98. Kesimpulannyamodel pembelajaran preskriptif dengan learning guidedapat meningkatkan pembelajaran secara signifikan. Validasi ke 2 dan ke tiga juga menunjukan demikian, dimana nilai kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrolyang tidak mendapat perlakuan dan harga t hitung lebih besar dari harga t tabel. Kesimpulannya model efektif digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada program produktif.
TABEL 16.12
DATA HASIL VALIDASI MODEL PEMBELAJARAN PRESKRIPTIF
KegiatanNRata-rataStandar deviasiNilai t hitungdft- tabel
Kel. Eksperimen 1
Kel. Kontrol 1105
10572,73
66,012,66
3,8416,552081,98Kel. Eksperimen 2
Kel. Kontrol 2105
10573,55
67,322,55
3,0120,472081,98Kel. Eksperimen 3
Kel . Kontrol 3105
10574,71
68,592,50
2,3223,562081,98
  1. 7.      Kesimpulan
    1. Pembelajaran program produktif ( penyusunan rencana, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran) yang terjadi selama ini tidak sejalan dengan model dan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.
    2. Model pembelajaran preskriptif dengan learning guide yang dikembangkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa program produktif. Jadi model hipotetik seperti yang ditunjukan pada gambar16.4 terbukti dapat meningkatkan pembelajaran. Penggunaan model dengan menggunakan tahapan seperti ditunjukan pada gambar 16.9.
    3. Desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learnig guide , memiliki tingkat keterterapan yang tinggi terutama bagi SMK terakreditasi sangat baik dan baik ( SMK A dan SMK B).
    4. Dengan diterapkan model pembelajaran tersebut maka 79,92% guru menyatakan bahwa dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran lebih mudah.
Guru/Instruktur menjelaskan materi subkompetensi
Membaca dan memahami modul pembelajaran
Membaca dan memahami dg learning guide
Membaca dan memahami jobsheet
Guru/instruktur
Penyelesaian tugas per tujuan khusus
Learning step
Guru/instruktur
Guru/instruktur
Cek hasil penyelesaian tugas (self check )
Test tertulis
Tes tindakan
Menguasai
Guru/instruktur
Lanjut ke sub kompetensi berikutnya
s
Ya                  tidak
100%               Belum
Belum
Gambar 16.9 Langkah-langkah Pelaksanaan Model
Pembelajaran Preskriptif dengan penerapan
Learning Guide
DAFTAR PUSTAKA
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Dan R & D, Alfabeta, Bandung, 2011
Share:

0 comments:

Post a Comment